Minggu, 22 April 2018

Pengalaman Mengikuti Program SEA TEACHER EXCHANGE BATCH 5Th


Nama saya Rahmi Haliyanti Haisi, seorang anak perempuan berusia 21tahun kala itu. Saya berasal dari sebuah kampung kecil tepatnya di kolonodale, Kabupaten Morowali Utara. Tulisan ini saya buat sebagai wujud rasa syukur saya kepada Tuhan,keluarga, sahabat, Dosen dan universitas tadulako tempat saya menimba ilmu. Awalnya saya tidak pernah membayangkan ataupun punya harapan besar untuk bisa keluar Negeri karena merupakan hal yang mustahil bagi saya untuk bisa seperti itu, meskipun di bayangkan saya pun pasti merasa takut duluan, sebab saya belum pernah naik pesawat dan sama sekali belum pernah bepergian sejauh-jauhnya dari orang tua. Namun Tuhan sudah berkehendak maka terwujudlah hal itu. Singkat cerita, Universitas Tadulako mengadakan suatu program pertukaran pelajar yang dikhususkan untuk mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang akan praktek mengajar dalam kurun waktu satu bulan di negara-negara kawasan asia tenggara nama programnya adalah SEAMEO. 

SEAMEO adalah singkatan dari South Asean Minister Education Organization. Organisasi yang dibentuk oleh seluruh Menteri Pendidikan yang ada dinegara-negara ASEAN. SEAMEO berdiri pada tahun 1965 dengan tujuan untuk membangun kerja sama dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada wilayah tersebut. Mendengar kegiatan ini, sebagai mahasiswa yang selalu ingin berkembang didunia kampus saya pun mencobanya dengan tujuan awal hanya untuk melatih kemampuan saya dalam berbahasa inggris mengingat program ini adalah program internasional dan saya sangat senang dengan mata kuliah bahasa inggris.
Pada tahap awal pihak koordinator menjaring nama-nama peserta melalui masing-masing program studi, nama saya masuk dalam daftar karena dari awal memang hanya ingin mencoba dan kepo tentang program ini, urusan lolos atau tidaknya saya tidak ambil pusing ,,,
Alhasil saya menjadi salah satu mahasiswa perwakilan Prodi Geografi yang ikut seleksi, mengapa satu-satunya? sebab teman teman saya tidak ada yang berminat (mungkin karena mereka tidak tertarik dengan syarat yang mewajibkan pesertanya harus berbahasa inggris). Masih teringat jelas, saya mengikuti seleksi kegiatan ini di gedung international office universitas tadulako, rasa minder menghantui kepala melihat peserta lain yang kebanyakan berasal dari prodi bahasa Inggris yang mana mereka pasti sudah jago dalam urusan Speaking English Leanguage. 
Ketika masuk diruang interview, alhamdulillah saya paham dan mampu menjawab beberapa pertanyaan dari panitia, yang paling membekas adalah ketika professor marsetyo bertanya, kenapa saya ingin ke thailand? Kenapa tidak ke timor leste saja ? itu kan termasuk kawasan asia juga sambil tertawa didalam ruangan, saya pun ikut tertawa karena hanya itu yang bisa saya lakukan hahhaha

Kegiatan penjaringan yang dilakukan pihak panitia Universitas Tadulako sebagai Sending University dan Host University boleh dibilang cukup ketat, mereka melakukan beberapa test seperti interview,dan juga praktek mengajar demi melihat kemampuan yang kami miliki. Pada Tahap interview, saya dinyatakan lolos. Kemudian saya harus menjalani tahapan ke dua dari proses penjaringan yaitu praktek mengajar didepan juri, saya berusaha belajar dan berbuat yang terbaik sebelum hari H, meskipun beberapa kejadian tak mengenakkan hati menimpa saya pada pelaksanaan tes, saat tampil salah seorang juri mengintruksikan untuk berhenti mengajar dengan alasan yang saya sebenarnya masih bingung apa sebab musababnya , finally saya hanya bisa bersabar karena hal tersebut adalah hak dari para juri. Hari yang dinanti pun tiba, saya dinyatakan lolos menjadi salah seorang Delegasi. Perasaan senang dan bangga, Namun cobaan masih datang menghampiri dan kali ini benar-benar membuat down. Pihak universitas penerima sama sekali belum mengkonfirmasi penerimaan mereka terhadap kami, dan the point is, apabila mereka tidak kunjung mengkonfirmasi kami dinyatakan gagal berangkat. (so sad) Setelah beberapa minggu menunggu, akhirnya pihak penerima mengabarkan bahwa siap menerima kami diuniversitas mereka sekaligus meminta maaf karena keterlambatan merespond kedatangan kami dikarenakan mereka melaksanakan kunjungan ke negara lain. Pihak Universitas Tadulako pun mengatur keberangkatan kami mulai dari passport,asuransi dan dokumen pendukung lain hingga acara pelepasan oleh Dekan FKIP Universitas Tadulako.

                             (Foto Bersama Kepala International Office, Coordinator Project Seameo di Universitas Tadulako)

Well tibalah saat yang dinantikan, yaitu berangkat ke Thailand dengan keberangkatan awal dari kota Palu-Makassar-Jakarta-Bangkok-Chiang Rai, sangat terharu dan senang yang teramat sangat sebab ini kali pertama saya keluar dari “Comfort Zone” .... Ohh iya, saya tidak sendirian, Ke empat partner saya telah duluan berangkat ke Philippina dan tersisa kami berdua, Rahmi Haliyanti dan Aulia Rachmania Mahasiswa Delegasi asal Universitas Tadulako.
To be continued~~~~
 

Blue Temple and White Temple at Chiang Rai

Edisi Weekend ~~~